Sendangsono merupakan gabungan dua kata, Sendang dan Sono. Sendang merupakan istilah Jawa untuk menyebut sumber air. Sono adalah nama sebuah pohon (baca: Angsana). Oleh karena itu, Sendangsono merupakan sebutan untuk mata air yang berada di bawah pohon Sono. Dulu, sebelum nama Sendangsono dikenal, orang sering menyebut sumber air itu dengan sumber Semagung. Dalam perkembangannya, orang mengenal dengan nama Sendangsono.

Jika ingin Ziarah ke sendangsono  bisa menggunakan Jasa rental mobil jogja anda bisa menusuri  pegunungan Menoreh dan beralamatkan di Dusun Semagung, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sendangsono berbatasan dengan Jawa Tengah kira-kira 30 km dari Kota Magelang dan 15 km sebelah selatan Muntilan.

Sendangsono sebagai tempat ziarah merupakan momentum peristiwa lahirnya Gereja (dibaca: umat katolik) di sekitar Kalibawang. Proses terbentuknya tempat ziarah ini berkaitan erat dengan perkembangan umat katolik di sekitar Kalibawang.

Menurut dongeng kuna juga, sumber air Semagung juga digunakan sebagai tempat istirahat para bikshu yang mengadakan perjalanan dari Borobudur ke Boro atau sebaliknya. Dulu Boro dikenal sebagai biaranya para bikshu meskipun sekarang ini sudah tidak ada bekasnya. Memang bila dilihat dari jaraknya, sumber Semagung ini berada di tengah-tengah antara Borobudur dan Boro

 

ARSITEKTUR SENDANGSONO

Pembangunan Sendangsono dilakukan secara bertahap. Awalnya pembangunan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan agar layak sebagai tempat berdoa. Maka bangunan-bangunan yang dihasilkan juga bertahap. Pembangunan tahap pertama adalah goa, dilanjutkan dengan pembangunan stasi dan pembangunan kapel di samping goa. Sejak tahun 1958-1969, tidak ada data pembangunan dan keadaannya masih gersang.
Sejak 1969, Rama YB. Mangunwijaya Pr. terlibat dalam perancangan pembangunan Sendangsono. Melalui tangan Rama YB. Mangunwijaya Sendangsono menjadi tempat yang indah, asri, sejuk dan tenang untuk berdoa.